Perpisahan
Mendengar namanya, hati kita pasti berduka. Apalagi jika itu adalah sesuatu yang kita cintai. Orang-orang yang sangat dekat di hati. Hari-hari yang biasanya kita bisa berdekatan, bisa bercengkrama membincang bianglala. Hari-hari ketika ketawa ketiwi menjadi saksi atas perpaduan hati, tetiba hari berikutnya menjadi sunyi, tetiba waktu selanjutnya hanya perih. Lalu, perlahan mutiara bening membanjiri pipi. Bibir Kelu menyimpan rindu yang bergemuruh.
Tapi, bukankah demikian hukum alam. Tapi bukankah demikian Tuhan memberikan ruang dalam dada para pecintanya: bertemu, berdekatan, saling mencinta, lalu perlahan akan berpisah.
Tapi apakah perpisahan? Ia adalah ketika pada titik tertentu kita tak mengkin bisa disatukan, bahkan dalam doa. Perpisahan sejatinya semu jika dalam hati memasing para pecinta menasbihkan kuntum doa pada malam-malam paling bunga: Tuhanku, bahagiakanlah ia yang telah pergi dari pandanganku. Temukanlah aku di tempat paling bahagia saat aku berjumpa.
Perpisahan? Sejatinya tak ada jika dalam tiap dentuman masa kita selalu memanjatkan doa untuk bersama.
Tinggalkan Komentar